Trailer the Conjuring 2
Karena filmnya udah turun dari bioskop sejak... yah lumayan lama juga, jadi gw ngga terlalu merasa bersalah kalau ada sedikit spoiler di post ini. Yah, ngga terlalu spoiling juga sih, karena karakter yang mau gw bahas ini sebenernya juga udah keliatan di trailer di atas. Jadi, kalau ada yang ngerasa ke-spoiler gara-gara post ini, gw cuma bisa bilang, "I'm sorry. I'm so sorry." (I wonder how many people get that reference. Haha.)
Karakter yang mau gw bahas, tidak lain dan tidak bukan, adalah main villain dalam film ini, yaitu Valak.
Ada banyak gambar Valak di mana-mana saat ini karena kepopuleran the Conjuring, jadi rasanya ngga perlu yah membuat post ini tambah mengerikan dengan memasang fotonya Valak. Ahahaha...
Ketika pertama menonton film ini (dulu ngga terlalu perhatiin trailer-nya), gw sempat mikir, sebagai seorang Katolik, "Should I be offended?" Untuk catatan, gw ngga offended sih, karena gw punya pemikiran, kita positive thinking aja, ketika mereka memutuskan untuk pakai desain kostum ini, tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan Gereja Katolik, ataupun biarawan-biarawati pada umumnya. They just thought it's cool. Bukan berarti ini bener juga, tapi menurut gw itu artinya mereka ngga paham aja, dan ini bukan sesuatu yang pantas untuk diributkan dan dibesar-besarkan.
Kembali ke topik, gw sempat mikir waktu menikmati film ini, "Should I be offended?" Karena mereka mengambil sebuah simbol yang bisa dibilang exclusively Katolik, yaitu pakaian biarawati, lalu digunakan untuk karakter iblis.
Pikiran itu berlalu (atau lebih tepatnya tenggelam) dan mendadak teringat lagi baru-baru ini. Should I be offended? Tapi kali ini, ada lanjutan yang muncul di kepala gw. "Kalau serigala bisa berbulu domba, iblis juga bisa pakai pakaian orang suci untuk mengelabui manusia."
Gw rasa ini penting untuk kita sadari. Ada banyak orang dalam Gereja yang berpakaian suci, tapi berkelakuan tidak sesuai dengan ajaran Gereja. Contohnya, kasus pelecehan seksual oleh pastor. Bukan cuma dalam Gereja Katolik, gw rasa juga banyak orang-orang di semua agama yang mengaku sebagai pemimpin agama, tapi ternyata kehidupannya jauh dari Tuhan. Kita sebagai awam beragama, harus dapat mencermati ajaran-ajaran dan perilaku para pemimpin agama kita. Apakah sesuai dengan ajaran agama yang kita percayai? Apakah pantas untuk menjadi contoh perilaku kita?
Gw ngga bermaksud mengajak kita semua untuk menjadi sok tahu akan ajaran agama masing-masing. Terutama sebagai seorang Katolik, ini bukan ajakan untuk kita semua mulai menginterpretasikan ayat-ayat Alkitab sendiri-sendiri. Biar bagaimana juga, kita sebagai awam kan tidak belajar teologi secara khusus. Bahkan orang yang belajar teologi menurut ajaran Gereja Katolik juga paham bahwa otoritas mereka tidak sampai menginterpretasikan ayat atau bahkan membuat ajaran. Coba aja lihat dalam situs katolisitas.org, jawaban-jawaban yang diberikan para teolog di sana selalu didukung oleh kutipan-kutipan dokumen Gereja, ayat Alkitab, atau tulisan dari orang kudus. Ini artinya mereka mengakui, bahwa mereka hanya perpanjangan tangan Gereja.
Gw ingin mengajak kita semua untuk bijak dan mencoba mempelajari ajaran agama masing-masing dengan kerendahan hati. Bukan supaya kita menjadi hebat, tapi supaya kita dapat memahami, mana perilaku yang sesuai dengan ajaran Gereja, dan mana perilaku yang tidak sesuai ajaran Gereja, siapa pun pelakunya, baik awam, biarawan-biarawati, imam, uskup, atau bahkan Bapa Suci kita di Vatikan. Dan tentu saja terutama, supaya kita tahu bagaimana kita harus bersikap sebagai orang beriman dan menjadi semakin dekat dengan Tuhan.
Akhir kata, Venerable Fulton Sheen pernah berkata, "Judge the Catholic Church not by those who barely live by its spirit, but by the example of those who live closest to it." Hanya orang yang hidup sesuai dengan semangat dan ajaran sebuah agama lah yang dapat menjadi cerminan dari agama tersebut.
Mungkin tulisan ini bisa menjadi refleksi aja bagi kita yang beriman dan beragama. Untuk mereka yang ateis dan agnostik, yah... Mungkin bisa lupakan saja semua curhatan dalam post ini, dan hiduplah berdasarkan moral yang kalian percayai benar.
Gw ingin mengajak kita semua untuk bijak dan mencoba mempelajari ajaran agama masing-masing dengan kerendahan hati. Bukan supaya kita menjadi hebat, tapi supaya kita dapat memahami, mana perilaku yang sesuai dengan ajaran Gereja, dan mana perilaku yang tidak sesuai ajaran Gereja, siapa pun pelakunya, baik awam, biarawan-biarawati, imam, uskup, atau bahkan Bapa Suci kita di Vatikan. Dan tentu saja terutama, supaya kita tahu bagaimana kita harus bersikap sebagai orang beriman dan menjadi semakin dekat dengan Tuhan.
Akhir kata, Venerable Fulton Sheen pernah berkata, "Judge the Catholic Church not by those who barely live by its spirit, but by the example of those who live closest to it." Hanya orang yang hidup sesuai dengan semangat dan ajaran sebuah agama lah yang dapat menjadi cerminan dari agama tersebut.
Mungkin tulisan ini bisa menjadi refleksi aja bagi kita yang beriman dan beragama. Untuk mereka yang ateis dan agnostik, yah... Mungkin bisa lupakan saja semua curhatan dalam post ini, dan hiduplah berdasarkan moral yang kalian percayai benar.