Just frame the halves, and call them brothers
Find your fathers and your mothers
If you remember who they are"
Gw punya kebiasaan membuat playlist yang isinya bisa sampai 80-100 lagu, lalu setiap hari gw shuffle aja playlist itu, dan untung-untungan lagu apa yang hari itu kebagian gw denger. Kebiasaan ini baru gw lakukan lagi beberapa hari terakhir, sejak gw mulai pakai jam tangan, dan kebiasaan inilah yang mengantar gw pada post hari ini.
Beberapa hari lalu, gw shuffle playlist gw lagi, dan lagu ini diputar lagi setelah sekian lama ngga gw dengerin. Dan efeknya instan, gw langsung senyum karena kangen, diikuti dengan senyum pahit karena memang makna lagunya pahit banget. Seenggaknya interpretasi gw akan lagu ini bener-bener pahit.
Setiap gw dengerin lagu ini, yang kebayang di kepala gw adalah perang dan efek dari perang itu, terutama Perang Dunia II. Di akhir Perang Dunia II, Jerman dibagi menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur, lalu dibuat Tembok Berlin untuk memisahkan kedua negara itu. Gw ngga kebayang, gimana perasaan orang-orang yang mungkin terpisah dari keluarganya karena tembok itu. Dan lebih lagi, gimana perasaan orang-orang ketika tembok itu diruntuhkan.
Saat ini, dalam hidup kita juga sering membuat "perang" dan "tembok pemisah". Yang paling bahaya adalah ketika kita membuat "perang" dan "tembok pemisah" dari diri kita sendiri. Ini adalah perang yang paling berat yang kita mulai dan kita alami dalam hidup kita, dan efeknya pasti akan terlihat dalam hubungan kita dengan orang lain.
Bagaimana kita bisa berdamai dengan orang lain, kalau kita masih berperang dengan diri kita sendiri?
Bagaimana kita bisa bersatu dan menerima orang lain, kalau kita masih membangun tembok pemisah antara hati dan pikiran kita?
Bukankah kita punya hati dan pikiran, dengan tujuan agar keduanya bersinergi, bergantian mengambil keputusan untuk mencapai kondisi terbaik?
Haaaahhh... Waktu mulai nulis post ini, gw ngga duga gw akan menyentuh sedikit dari masalah yang gw sendiri alami dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perang dengan diri kita sendiri. Mungkin sudah waktunya kita mulai menyadari bahwa berdamai dengan diri sendiri adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik.
Video klip Call Them Brothers
NB: Sedikit latar belakang aja, baik Regina Spektor maupun suaminya, Jack Dishel (Only Son), sama-sama berasal dari Moscow, namun pindah ke Amerika sejak kecil karena diskriminasi akan kaum Yahudi di Soviet waktu itu. Rasanya bagian lirik yang menceritakan "We'll be out in the streets before anyone knows that we're gone" jadi lebih dalam ketika tahu bahwa mereka memang benar-benar mengalami hal itu.
No comments:
Post a Comment