Monday, August 20, 2018

My Music Routine: Home Free Vocal Band

Akhirnya gw ada waktu yang cukup senggang pagi ini untuk seenggaknya nulis sesuatu.

Akhir-akhir ini gw bener-bener ketagihan dengerin lagu-lagunya Home Free. Home Free ini adalah grup acapella yang mengkhususkan diri nyanyi lagu-lagu genre country. Grup ini adalah pemenang kompetisi Sing Off tahun 2014, setahun setelah Pentatonix memenangkan kompetisi yang sama.

Yang gw paling suka dari grup ini adalah their sense of humor. Dari awal mereka muncul di Sing Off sampai sekarang ini tahun 2014, mereka ngga takut sama sekali nunjukkin sisi konyol mereka. Mulai dari skit di atas panggung sampai video klip, sampai lirik lagu original mereka, ada aja yang bisa bikin gw ketawa terbahak-bahak.

Gw juga suka dengan personil-personil mereka yang masing-masing punya karakteristik yang unik.


Tim Foust, penyanyi bass mereka, mungkin bisa nembak nada-nada yang bener-bener rendah banget live, tapi juga bisa loncat nyanyiin bagian tenor di lagu yang sama. Agak sengau, tapi untuk genre country menurut gw masih oke lah tone sengau dan tarikan-tarikan dia di range atas.

Austin Brown, penyanyi high tenor, selama Sing Off terus-terusan dipuji suaranya oleh Shawn Stockman, salah satu jurinya. Terutama kalau dia mulai nge-riff, suaranya khas.

Rob Lundquist, penyanyi tenor, adalah penyanyi favorit gw di grup ini. Suaranya ya ampuuuuuuun... Smooth like butter. Bener-bener nyaman untuk didengerin, dan bikin meleleh.

Adam Chance, penyanyi "baritone", adalah member terbaru grup ini. Gw bilang "baritone", karena menurut Tim Foust, dia bisa nyanyi not-not bawah, not-not atas, and everything in-between. Sekarang ini dia sering jadi lead singer-nya. Dibanding penyanyi-penyanyi lainnya di grup ini, suara dia memang sedikit lebih rich, jadi memang cocok banget dijadiin lead singer.

Adam Rupp, voice percussionist alias beatboxer, menurut gw on par, atau mungkin lebih bagus dari Kevin Olusola, beatboxer di Pentatonix (tapi mungkin juga karena gw belum pernah liat Kevin Olusola solo beatbox di mana dia keluarin semua amunisinya, kalau Adam Rupp gw pernah liat itu).

Chris Rupp, adalah ex-member dan co-founder grup ini bareng dengan Adam Rupp dan beberapa temannya dulu (yang juga sudah keluar dari Home Free). Walaupun selama dia gabung di Home Free, keliatannya dia jarang di-highlight, tapi setahu gw dia salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam aransemen-aransemennya Home Free. Dan dia sekarang adalah member grup 7th Ave sambil bersolo karir.

Gw udah ketagihan dengerin Home Free beberapa minggu terakhir, dan melihat trend selera musik gw, kayaknya bakal berkelanjutan sampai.... entah kapan. They're definitely worth listening to. Terutama lagu Colder Weather, When You Walk In, Yours, All on Me, dan of course... Hunter Hayes Medley yang di bawah ini... :)

Hunter Hayes Medley dari Home Free

Tuesday, July 10, 2018

Song of the Day: Obsolete, by Regina Spektor

"Useless part
This useless heart
Useless art
What am I?
Why am I incomplete?Obsolete"

ob·so·lete
1  a : no longer in use or no longer useful
    b : of a kind or style no longer current : old-fashioned
2 of a plant or animal part : indistinct or imperfect as compared with a corresponding part in related organisms : vestigial
(Sumber: https://www.merriam-webster.com/dictionary/obsolete, dikutip tanggal 11 Juli 2018)

Pagi ini di perjalanan menuju kantor, gw dengerin lagu ini dalam keadaan ngantuk, kecapean karena kurang tidur akibat sakit beberapa hari terakhir, dan dengan keadaan otak yang kosong. Dan mendadak, gw akhirnya paham isi dari lagu ini.

Pernah ngga kita merasa kosong? Kita merasa ngga berguna?
Gw rasa, semua orang pernah ngerasain itu. Dan bagi gw, ketika gw lagi merasa ngga berguna, lagi ngerasa kosong dan hampa, ada satu perasaan lain yang juga dominan, yaitu rasa kesendirian.
 
Loneliness.

Dan dalam lagu ini, gw sangat takjub dengan cara Regina Spektor mengolah rasa kesendirian dan kesepian menjadi sesuatu yang audible. Padahal ngga seperti lagu lain yang menggambarkan kesendirian dengan aransemen lagu yang minimal, aransemen lagu ini terdengar full, dengan berbagai macam instrumen yang terlibat dan rhythm lagu yang cukup padat di background-nya.
 
It's like we're alone in a very loud and noisy place.
We're drowning, and lonely, and useless, and confused, and HURT... HURT... HURT...
but everything around us just keep going and keep moving. And we're obsolete.
 

Obsolete by Regina Spektor

Wednesday, March 14, 2018

Song of the Day: Show Me, by Audrey Assad

"Bind up these broken bones
Mercy bend and bring me back to life
But not before You show me how to die
Lord, not before You show me how to die"
Show Me, by Audrey Assad


Untuk pertama kalinya tahun ini, gw terlibat secara langsung dengan acara tablo di paroki gereja. Kalau ada yang belum tahu, tablo adalah visualisasi atau dramatisasi kisah sengsara Tuhan Yesus. Gw ngga tahu kalau di paroki lain, tapi kalau di paroki gw biasanya tablo ini dilakukan sambil ibadah jalan salib. Jadi setelah adegan yang mendramatisasi satu perhentian selesai, biasanya kami akan berhenti untuk berdoa sebentar, lalu melanjutkan dramatisasi sambil berarak dan berdoa ke perhentian berikutnya.

Bagi gw, pengalaman ini memberikan kesan yang sangat dalam bagi gw. Terutama di penutup perhentian ke-12, biasanya dinyanyikan,
"Biji mati menghasilkan
buah yang berkelimpahan
Wafat-Mu menghidupkan"
dan rasanya sediiiiih banget setiap sampai di sini.


Lagu Show Me dari Audrey Assad memberikan kesan yang sama bagi gw seperti lagu yang dinyanyikan di tablo dan jalan salib.

Gw percaya, bahwa untuk masuk dalam kehidupan yang baru, terlebih dahulu kita harus "mati". Setiap kali latihan tablo, gw merasa seperti Tuhan sedang menunjukkan langsung di hadapan mata gw sendiri, beginilah cara untuk "mati". Dengan berkorban, dengan menyangkal diri, dengan memikul "salib", dan dengan menyerahkan semua diri kita kepada Tuhan. Setelah kita "mati" itulah, rahmat Tuhan akan membawa kita ke kehidupan yang baru.


Tablo jalan salib di paroki gw saat ini tentunya masih dalam tahap latihan dan persiapan. Gw berharap dan berdoa kalau tablo tahun ini bisa memberikan rahmat dan berkat bagi orang-orang yang mengikuti tablo nanti, baik yang ikut hadir sebagai umat, maupun bagi semua pemain dan panitia tablo. Amin.


 Show Me
by Audrey Assad

Tuesday, January 9, 2018

Songs of the Season: "New Year" by Regina Spektor" dan "New Year's Day" by Pentatonix

"She shuffles around, turning the lights on
Goes to the kitchen, gets the champagne
Opens the window and wrapped in a blanket
Begins to count and wait
Ten, nine, eight, seven, six, five, four, three, two, one
Happy new year, happy new year
"
~New Year, by Regina Spektor

"We could be kings of the world
On top of the nation
It's a celebration of the moments to come
The city's on fire
We're holding up lighters
Raising them higher and we've only begun
"
~New Year's Day, by Pentatonix


Lagu New Year adalah salah satu lagu favorit gw dari album terbaru Regina Spektor, Remember Us to Life. Lagu ini sangat tenang, menggambarkan seseorang yang merayakan tahun baru sendirian di rumahnya. Kalau gw pribadi, gw menginterpretasikan lagu ini sebagai perasaan seorang yang sedang sakit kronis pada perayaan tahun baru. "She's just glad she got to be around to see another spring comes to this town." Bisa merayakan tahun baru sekali lagi saja, dia sudah bahagia. Rasanya sangat bittersweet.

Yang gw suka dari lagu ini adalah bagaimana menggambarkan suasana cerita, bukan hanya dari liriknya, tapi juga dari aransemennya. Setiap kali gw mendengar countdown ten to one di lagu ini, diikuti dengan "Happy new year, happy new year," yang tergambar di kepala gw adalah seseorang yang sambil menikmati coklat panas, menyaksikan kembang api dari kejauhan.


Kebalikannya, lagu New Year's Day dari Pentatonix sangat hidup, dan menggambarkan riuhnya perayaan di kota pada saat perayaan Tahun Baru. Aransemennya yang full, upbeat, dan dilihat dari liriknya, sangat digambarkan kegembiraan kota tersebut menyambut tahun yang baru. "Tomorrow morning when we wake, this town will be a different place. The past will wash away like coffee stains."


Kedengarannya dua lagu ini sangat bertolak belakang, tapi entah kenapa, gw selalu membayangkan kedua lagu ini sebagai sebuah kesatuan cerita. Menjelang tahun baru, New York City pasti mulai mengadakan berbagai perayaan. Banyak orang berkumpul untuk merayakan tahun baru bersama-sama. Tapi di pinggir kota, ada sebuah rumah yang hanya berisi seorang saja, merayakan tahun baru sendirian sambil berjuang melawan sakitnya.

It's like two sides of the same coin, dan gw rasa ini sangat menarik. Kenapa? Because it's exactly like the real life. Hal yang sama juga terjadi di dunia nyata. Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam melihat sebuah cerita. Masing-masing cerita itu indah, ekspresif, impactful, dan penting bagi masing-masing orang. Akan tetapi, bagi gw cerita itu akan lebih indah, jika kita melihat dari perspektif orang lain juga. Setelah itulah, semua perspektif itu terjalin menjadi sebuah cerita yang utuh dan kompleks, ada keindahan, ada kesedihan, ada kebahagiaan, ada kemarahan, ada ketenangan, semuanya terjalin menjadi satu.

Di tahun yang baru ini, semoga kita semua bisa belajar untuk sedikit melepas ego kita, dan mulai melihat sebuah masalah dari berbagai perspektif. Karena dari situlah, kita bisa mendapat solusi yang lebih baik atas berbagai masalah yang kita hadapi.

Happy belated New Year!

New Year dari Regina Spektor
New Year's Day dari Pentatonix
She shuffles around

Turning the lights on

Goes to the kitchen

Gets the champagne

Opens the window

And wrapped in a blanket

Begins to count and wait

Ten, nine, eight, seven, six, five, four, three, two, one



Happy New Year, happy New Year

Weiterlesen: https://www.songtexte-lyrics.de/new-year-lyrics-regina-spektor/
She shuffles around

Turning the lights on

Goes to the kitchen

Gets the champagne

Opens the window

And wrapped in a blanket

Begins to count and wait

Ten, nine, eight, seven, six, five, four, three, two, one



Happy New Year, happy New Year

Weiterlesen: https://www.songtexte-lyrics.de/new-year-lyrics-regina-spektor/

Monday, October 30, 2017

Watch List: Thor Ragnarok (2017) [NON SPOILER]

Gw paham kalau film ini baru banget rilisnya, jadi gw mengusahakan untuk tidak spoiler ke kalian mengenai jalan ceritanya.

Overall, menurut gw film ini entertaining. Marvel never disappoint me in that aspect. Secara visual, film ini (seperti film-film Marvel lainnya) sangat memanjakan mata. Untuk tone-nya, baik secara visual, setting, dan humor, film ini jauh lebih mirip dengan film Guardians of the Galaxy (2014) dan sekuelnya (2017) dibandingkan dengan film the Avengers (2011) dan kedua film Thor sebelumnya (2011 dan 2013).

Tapi menurut gw, masalahnya adalah film ini terlalu banyak bercanda. I think this is quite a problem, soalnya gw adalah salah satu orang yang selama ini ngga terlalu masalah dengan hujan jokes di film-film Marvel selama ini. Jadi waktu gw bilang film ini terlalu banyak bercanda, maksud gw adalah film ini bener-bener kebanyakan bercanda. Ini sudah bukan hujan jokes lagi, tapi sudah jadi banjir bandang.

Menurut gw ini sayang banget, karena sebenernya banyak banget hal yang menurut gw bagus dalam film ini. Mulai dari hubungan kakak-adik Thor dan Loki yang digali cukup dalam di film ini, hubungan pertemanan antara Banner - Thor - Hulk (Thor's not a being a great friend to either of them in this movie), juga ada tentang moral dan pengorbanan. Gw bahkan bisa belajar sesuatu dari salah satu karakter sampingan one-off di film ini. Tapi masalahnya, semua itu tertutup dengan jokes yang berlebihan dan tidak pada tempatnya.

Salah satu kekecewaan gw di bagian story telling adalah adanya setback dari karakter Thor yang sudah berkembang selama ini. Gw ngga baca komiknya, jadi gw ngga tahu apa ini karena mereka mau ikutin komiknya atau gimana, tapi karakter Thor yang di film pertama mengalami reform dari egotistical dan sombong jadi noble dan humble, lalu dikembangkan lagi di film-film Marvel setelahnya ke arah yang cukup konsisten, entah kenapa di film ini karakternya kayak mulai berbalik arah lagi. Ini cuma opini gw, mungkin akan ada yang ngga setuju, but I'm getting that vibe dari keputusan-keputusan dan perilaku Thor dalam film ini. Mungkin juga ini karena becandaan yang tidak pada tempatnya.

Akhirnya, buat gw, walaupun film ini judulnya Thor, gw ngga ngerasa karakter Thor menjadi tokoh yang paling berkesan buat gw. Sayang banget kan? Padahal Thor adalah salah satu karakter favorit gw di Marvel... :(
Tapi film ini tetap sangat menghibur sih. Gw ngga berhenti ketawa waktu nonton filmnya.

Mungkin sampai sini aja ceritanya. Soalnya filmnya baru rilis, kalau dilanjutin nanti malah jadi spoiler. Selain itu gw juga masih harus cicil review Merlin yang baru keluar part 1 dan belum sempat dilanjutin karena kerjaan kantor lagi penuh akhir-akhir ini. Akhir kata, di bawah ini gw attach salah satu klip yang dirilis early oleh Marvel sebelum filmnya rilis, dan jadi salah satu adegan favorit gw dalam film ini.


Thor: Ragnarok clip - Get Help

Sunday, July 16, 2017

Watch List: Merlin (2008-2012) part 1

Wah, pakai part 1 segala. Kenapa nih?
Jadi, gw mencoba menulis post ini sudah lamaaaaaa banget, tapi bingung banget karena cerita panjang, dan banyak yang bisa diangkat. Selain itu, kalau mau bahas lengkap bakal banyak spoiler di mana-mana...
Setelah tulis-hapus-tulis-hapus berkali-kali akhirnya gw putuskan, baiknya gw pecah jadi beberapa part aja... Part 1 ini adalah review keseluruhan yang NON SPOILER, the other parts lebih mengangkat topik-topik dan karakter-karakter secara spesifik, dan bagian itulah yang akan hujan spoiler. Jadi langsung lanjut yah ke bagian intinya... :D


PART 1: OVERVIEW (NON-SPOILER)

Merlin, atau judul lengkapnya the Adventures of Merlin, adalah serial TV BBC yang tayang tahun 2008 sampai 2012. Saat ini ceritanya sudah tamat, dengan total 65 episode, 5 series (kalau di Amerika disebut seasons) masing-masing 13 episode. Cerita ini adalah salah satu inkarnasi cerita King Arthur yang terbaru. Bedanya, cerita ini tidak menjadikan King Arthur sebagai tokoh paling utama seperti sebagian besar cerita mengenai King Arthur, tetapi malah menyorot kehidupan Merlin.

Cerita yang diangkat serial ini tergolong ringan, dengan banyak komedi dan jokes yang ditebar di mana-mana, kalimat-kalimat yang kadang terdengar cheesy (terutama dari para tokoh antagonisnya), dan CGI yang sebenarnya sub-standard. Kedengarannya seperti serial TV yang asal-asalan yah?

Secara visual memang kelihatannya serial ini bukan serial yang big-budget, dan gw rasa pasti banyak juga orang yang langsung malas nonton ketika muncul karakter naga yang CGI-nya, jujur aja, jelek menurut gw. Tapi ada sesuatu hal di serial ini yang membuat gw bener-bener jatuh hati.

Apa itu?
Penulisan dan pengembangan karakternya.

Karakter yang diangkat dalam serial ini tidak digambarkan hitam-putih. Sepanjang gw nonton serial ini, gw ngerasa paham kenapa para tokoh antagonis mengambil peran itu. At some level, gw bahkan bisa bersimpati dengan mereka. Di sisi lain, gw juga bisa melihat ketidaksempurnaan dari tokoh-tokoh protagonis. Ketidaksempurnaan ini juga cukup kompleks. Those are REAL flaws, not just clumsy or simply 'they're too nice'.

Semua kecacatan tersebut membuat karakter-karakter ini terasa real. Karena seperti kita manusia di kehidupan nyata, baik dan jahat adalah masalah perspektif. Orang yang kita anggap jahat, mungkin melakukan hal-hal yang dianggap jahat itu karena ia merasa terdesak atau terpaksa. Atau mungkin juga orang tersebut menjadi seperti itu karena pola asuh dan ajaran yang salah dari orang tuanya. Di sisi lain, diri kita sendiri, yang menjadi tokoh protagonis dalam cerita kehidupan kita masing-masing, juga tidak sempurna kan? Kita juga sering membuat keputusan yang salah, atau pertimbangan yang salah.

In the end, orang yang kita anggap jahat, bisa jadi adalah tokoh penolong dalam sudut pandang orang lain. Sementara itu, kita bisa jadi adalah tokoh antagonis dalam cerita kehidupan orang lain. Ini salah satu yang gw suka dari penulisan karakter-karakter dalam cerita ini.

Kedua, mengenai pengembangan karakter. Salah satu isu utama yang diangkat dalam serial ini adalah apakah Pangeran Arthur dapat tumbuh menjadi raja yang baik dan bijak. Sedikit spoiler, di awal cerita, kita akan bertemu dengan Pangeran Arthur yang ternyata adalah seorang tukang bully. Di sisi lain, kita juga diberitakan mengenai adanya ramalan yang mengatakan bahwa Arthur akan menjadi raja besar yang bijak dan membawa Kerajaan Camelot ke puncak kejayaannya. Pertanyaannya, apakah Arthur bisa tumbuh menjadi seperti itu?

Kalau gw lanjutin bahasan ini, bisa jadi malah banyak spoiler akan mulai bertebaran (walaupun sebenarnya siapapun yang tahu tentang legenda Raja Arthur juga pasti tahu jawabannya). Pada intinya, sepanjang perjalanan cerita kita bisa melihat perkembangan dari karakter Arthur dan berbagai kejadian yang membentuk pribadi Arthur di kemudian hari.

Bukan cuma karakter Arthur, karakter-karakter lainnya juga berkembang dengan sangat baik, menurut gw. Kalau kita asal lihat sifat karakter di awal cerita, lalu skip langsung lihat sifat karakter di akhir cerita, sebagian besar karakter utama mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup drastis di permukaannya. Akan tetapi, jika kita melihat lebih ke dalam, inti dari sifat setiap karakter tetap konsisten.

Bingung? Yah, nonton deh serialnya. Atau kalau malas nonton serialnya, tunggu yah post bagian-bagian berikutnya yang membahas mengenai karakter, dan hubungan antar karakter. Untuk sementara, sampai di sini dulu post bagian pertama.



Trailer BBC's Merlin.
Kalau liat tangal uploadnya 8 tahun lalu, jadi kangen nostalgia...


PS: Maaf yah lama ngga nge-post... Ini cari waktunya susah.. Hahaha... Ini post satu aja ada kali beberapa minggu mengendap di draft...

Monday, May 29, 2017

Song of the Day: Quarter Past Four, by Avriel & the Sequoias

"And I have troubles everyday
But it turns out fine
It turns out fine
And I fight to keep them all away
But it turns out fine
It turns out fine"

Lagu ini adalah salah satu lagu dari EP berjudul Sage and Stone yang akan rilis Juni nanti.

Avriel & the Sequoias? Itu band apa yah? Baru dengar...

Sejauh yang gw pahami, Avriel & the Sequoias sebenarnya bukan band. Itu bisa dibilang adalah "nama panggung" yang dipakai oleh Avi Kaplan, the soon-to-be-ex Pentatonix. (Buat yang belum tahu, Avi Kaplan berencana untuk mundur dari Pentatonix setelah semua jadwal tur selesai.) Sejauh ini, dari dua lagu yang di-upload di akun Youtube Avi Kaplan, gw menangkap style musik Avi yang tenang, ringan, dan menghanyutkan, tapi di saat yang bersamaan sangat heartfelt. Kalau kata Kevin Olusola, you can hear Avi's heart in these songs.

Yang gw sangat suka dari lagu Quarter Past Four, selain melodinya dan iringan gitarnya (yang setahu gw dimainkan oleh Avi Kaplan sendiri), adalah liriknya. Lirik lagu ini tidak perlu analisa yang dalam untuk dicerna, tapi tetap sangat bermakna.

I have troubles everyday - Setiap hari aku menghadapi masalah
I fight to keep them all away - Aku berjuang agar masalah itu tidak menggangguku
But it turns out fine - Tapi ternyata semuanya berakhir baik
It turns out fine - Semuanya berakhir baik

Semuanya akan baik-baik saja.

Gw rasa itu yang Avi Kaplan mau sampaikan dalam lagu ini. Walaupun masalah yang kita hadapi terus menghadang hingga menjadi sebuah pergumulan, tetaplah yakin bahwa semuanya akan berakhir baik.

Banyak yang mengaitkan dua single yang dirilis Avi Kaplan akhir-akhir ini dengan keputusan Avi mundur dari Pentatonix. Lagu Fields and Pier katanya adalah seperti lagu perpisahan, sementara Quarter Past Four adalah pesan Avi untuk para penggemarnya dan penggemar Pentatonix bahwa everything is gonna be alright.
Tapi menurut gw, lebih dari itu, lagu-lagu ini menceritakan pengalaman dan pergumulan Avi Kaplan sendiri. Oleh karena itulah, lagu-lagu ini terasa sangat heartfelt. This EP really is Avi's heart.

Mungkin segitu aja yang bisa gw ceritakan mengenai lagu ini. Seperti biasanya, gw attach video klip dari lagu ini di bawah. Enjoy!

PS. This video is visually appealing. Konsep videonya dan pemandangannya bagus banget. Coba deh tonton! :) 

Quarter Past Four, by Avi Kaplan

Tuesday, May 16, 2017

This year is beating the crap out of me already

Ini bulan apa sih?
Masih bulan Mei kan?
Kayaknya berita terus-terusan menggempur gw...

Kondisi politik bikin gw down...
Pak Ahok dipenjara...
(Iya gw dukung Pak Ahok dan masih dukung Pak Ahok sampai sekarang. Bagi yang beda pendapat, let's just agree to disagree.)
Isu makar...
Isu rusuh...
Sekarang isu ransomware wannacry bikin was-was juga di kantor...

Dan hari ini, the cherry on top, gw baru dapat kabar kalau Avi Kaplan akan mundur dari Pentatonix... Kalau kata Kevin Olusola sih cuma hiatus, jadi suatu hari mungkin akan balik lagi... Tapi cukup sedih juga buat gw waktu kepikir, for just a little while, ngga akan ada Avi dalam musiknya Pentatonix...

Yah gw juga cuma bisa kasih support, baik untuk Avi maupun anggota Pentatonix yang lain. Semoga proyek dan kehidupan mereka masing-masing terus lancar, sukses, dan bahagia.

Ini curhat aja sih... Pengen sebenernya gw nulis lebih panjang lagi, tapi sementara ini susah, karena internet kantor lagi dimatikan sementara (sebagai respon pencegahan ransomware wannacry). Jadi ini ditulis juga pakai hape... Harapan gw, semoga dari sekarang sampai akhir tahun, dan tahun-tahun depan, hantamannya bisa mereda...

Thursday, May 4, 2017

Song of the Day: In A Crowd of Thousands by Christy Altomare and Derek Klena

"The parade travelled on
With the sun in my eyes
You were gone
But I knew even then
In a crowd of thousands
I'd find you
Again"

Sebenernya, menurut jadwal gw, post berikutnya adalah tentang lagu the Light atau New Year dari album terbarunya Regina Spektor, tergantung dari yang mana yang selesai duluan direnungkan. Tapi tiba-tiba lagu ini muncul di hadapan gw dan terngiang-ngiang sepanjang hari.

Lagu ini adalah salah satu lagu dalam stage musical adaptation dari cerita Anastasia. Buat yang belum tahu, atau yang lahirnya tahun 2000-an, Anastasia adalah film animasi musikal yang disutradarai Don Bluth dan Gary Goldman, rilis tahun 1997. Film ini menceritakan pencarian putri Tsar Nicholas II yang menurut rumor berhasil lolos dari eksekusi keluarganya ketika terjadi Revolusi Bolshevik di Rusia, sekitar tahun 1916. Cerita ini kemudian diadaptasi menjadi lebih realistis (tokoh antagonis Rasputin si penyihir dalam film diganti menjadi Gleb Vaganov, jenderal rezim Bolshevik yang bertugas untuk membunuh Anastasia) dan diangkat menjadi stage musical.

Seiring proses perubahan cerita ini, lagu-lagu yang mengiringi cerita pun ada yang dihilangkan dan ditambahkan. Tapi bagi penggemar film Anastasia, tidak perlu takut, karena yang menggarap lirik dan musik untuk stage musical ini adalah Lynn Ahrens dan Stephen Flaherty, orang-orang yang sama yang telah menggarap lirik dan musik film Anastasia. Rest assured, suasana dan spirit dari lagu-lagu baru di pentas ini pasti sama bagusnya dengan lagu-lagu lama yang kita nikmati di film Anastasia. Gw sendiri pengen banget nontonnya, tapi mereka pentasnya di Broadway. Berat di ongkos, sodara sodarahhhh....

Lagu In A Crowd of Thousands ini adalah salah satu lagu baru dalam stage musical ini, dan dengan cepat lagu ini jadi salah satu lagu favorit di antara semua lagu yang sempat gw curi dengar dari musikal ini. Lagu ini dinyanyikan oleh karakter Anya (Anastasia yang hilang ingatan) dan Dmitry, saat ini diperankan oleh Christy Altomare dan Derek Klena, respectively. Keduanya bernyanyi dengan sangat baik dan penuh penghayatan, sampai semua emosi dan perubahannya bisa terbaca dengan baik ketika mendengar, dan menonton mereka bernyanyi.

Mendengar mereka nyanyi lagu ini membuat gw ngiler berat untuk mencari rekaman soundtrack untuk pentas ini, yang kabarnya akan rilis antara Juni atau Juli ini, gw lupa. Apalagi ketika mendengar Ramin Karimloo juga ikut dalam pentas ini menjadi Gleb Vaganov. Jujur gw juga termasuk newbie soal ngikutin drama-drama musikal seperti ini, dan mereka bilang masih banyak aktor aktris musikal legendaris yang ikut dalam pentas ini. Tapi kalau Ramin Karimloo, gw pernah dengar. Dia adalah salah satu pemeran the Phantom untuk pentas Phantom of the Opera di beberapa tahun terakhir. I quite like his performance and his voice as the Phantom, jadi gw cukup berharap banyak akan rekaman soundtrack ini.

Cukup sekian dari saya. Sekarang waktunya saya kerja lagi, dan semoga uangnya bisa dipakai untuk beli rekaman soundtrack-nya nanti, kalau misalkan rilis di Indonesia juga. Hehehe...

Rekaman Christy Altomare dan Derek Klena menyanyikan lagu My Petersburg, Once Upon a December, dan In A Crowd of Thousands.

Monday, April 24, 2017

Song of the Day: The One Who Stayed and the One Who Left, by Regina Spektor

"I'm just another drop in a bucket
I'm just another song on the jukebox
I'm just another face in the crowd
Another fish in the sea
Something to being one of the many
Something to being one in the masses
Something to being surrounded by others
And not alone by yourself"
The One Who Stayed ---

"Something to being one of the many
Who get to sing the songs on the jukebox
Who get to stay awake all night
And dream half of the day
Something to waking up in a town
Something to singing songs to a new crowd
Something to being surrounded by others
And not alone by yourself"
--- and the One Who Left, by Regina Spektor

Sesuai dengan judulnya yang dua bagian, rasanya ngga cukup kalau gw cuma kutip satu bagian lagunya. Kali ini gw kutip dua bagian, satu bagian untuk "The One Who Stayed" dan satu bagian untuk "The One Who Left".

Lagu ini adalah bagian dari album terbaru Regina Spektor yang rilis September 2016, yaitu Remember Us to Life. Dalam album tersebut banyak lagu bagus, dan mungkin nanti satu per satu judulnya akan muncul di sini, kalau ada waktu. Selain lagu ini gw suka juga lagu Black and White yang sekarang sudah ada music video-nya, lagu Sellers of Flowers yang maknanya dalam banget, lagu Grand Hotel yang isinya nyentrik, The Trapper and the Furrier yang maknanya kritik sosial, Tornadoland yang gw suka banget aransemen interlude-nya, New Year yang ceritanya mengharukan, the Light yang ceritanya menurut gw agak sedih, dan masih ada beberapa lagi yang bagus.

Wow, that's almost the whole album! Actually, seluruh lagu dalam albumnya unik dan mirip dengan gaya lagu Regina yang lama (waktu album awal-awal), dengan production yang lebih bagus dan apik. Bener-bener worth checking out menurut gw.

Ada dua hal yang sangat gw suka dari lagu ini. Yang pertama, tentu aja dari keindahan lagunya. Lagu ini terdengar sederhana, ngga banyak alat musik yang terdengar terlibat dalam lagu ini. Paling hanya piano, strings, dan sedikit bunyi gitar akustik kalau kuping gw masih bagus. Kesederhanaan aransemen lagu ini tidak hanya cocok untuk isi lagunya yang bermakna dalam.

Hal kedua yang gw suka dari lagu ini, tentu saja isinya. Menurut gw, lagu ini sangat menonjolkan keberagaman kepribadian manusia. Ada dua orang yang berasal dari tempat yang sama, bermain bersama, akan tetapi mereka memiliki passion dan jalan hidup yang berbeda. Ada yang memiliki passion di bidang musik, ingin berkeliling dunia, bernyanyi di depan sebanyak mungkin orang, dan ada juga yang lebih memilih menjalani hidup yang sederhana dan tenang, tidak menonjol, tidak menarik perhatian. Akan tetapi, walaupun berbeda kepribadian, passion, dan jalan hidup, kedua orang ini dapat tetap berteman baik meskipun harus terpisah lama karena mengejar mimpi dan kebahagian masing-masing.

Ini adalah pelajaran yang sangat baik bagi kita. Kepribadian dan passion orang memang berbeda-beda, unik satu sama lain. Namun jangan sampai perbedaan ini menjadi jurang pemisah di antara kita. Bagaimana agar kita tidak terpisah karena perbedaan? Berdasarkan pengalaman gw sendiri, yaitu pertama dengan mengakui adanya perbedaan itu, lalu dengan saling menghargai dan memaklumi. Sebagai contohnya aja ketika introvert berteman dengan ekstrovert, maka satu sama lain perlu paham dan memaklumi kebutuhan satu sama lain. Introvert akan perlu waktu recharge dengan menyendiri, sementara ekstrovert me-recharge dengan bersosialisasi, hangout, atau berpesta. Kalau yang dari gw baca-baca, itu ada hubungannya dengan cara kerja otak, ada yang bilang perbedaan alur stimulus dalam otak, ada yang bilang lain lagi, tapi karena gw bukan ahlinya, mungkin ada baiknya gw ngga bahas terlalu panjang di sini. Tapi intinya, kalau satu sama lain paham dan memaklumi kebutuhan masing-masing, tentunya tidak akan ada pertengkaran yang bunyinya begini:
"Kok lo ngga pernah mau ikut jalan-jalan sih?"
"Lo ngga paham yah gw butuh istirahat?"
"Lo egois! Ngga pernah mau pahami gw!"

In the end, gw tahu akhir-akhir ini banyak banget perpecahan di antara kita yang disebabkan oleh perbedaan. Di lingkup kecil, lingkup pertemanan, mungkin perbedaan kepribadian seperti contoh di atas. Gw rasa ini jenis perbedaan yang lebih mudah untuk dipahami. Yang jadi masalah adalah di lingkup yang lebih luas, perbedaan pandangan politik, agama, suku, dan ras.

Menurut gw, berhentilah mengangkat perbedaan itu menjadi sumber perpecahan. Jangan lupa guys, slogan kita di Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika. Jangan sampai perbedaan itu membuat kita lupa kalau orang yang berbeda dengan kita itu juga manusia, dan harus diperlakukan dengan pantas, sebagai manusia. Jangan sampai keluar makian kebun binatang hanya karena perbedaan. Jangan sampai kita memperlakukan orang lain seperti hewan, hanya karena perbedaan. Jangan sampai kita menganggap kita lebih hebat dan mulia dari orang lain, karena perbedaan itu. Jangan sampai kita kehilangan kemanusiaan dan keberadaban kita, hanya karena perbedaan. Gw bersyukur masih banyak orang yang saling menghargai, tanpa ada kotak-kotak perbedaan, tapi di sisi lain gw juga ngga bisa mengingkari kalau masih banyak orang yang sibuk membangun dinding pemisah karena perbedaan. Jadi sedih gw setiap kali kepikiran perpecahan ini.

Udahan sedih-sedihnya, dan ini post udah ngalor-ngidul juga, dari perbedaan kepribadian sampai keadaan yang lagi kacau sekarang. Langsung aja deh, di bawah ini gw attach video lagunya, seperti biasa. Enjoy!

The One Who Stayed and the One Who Left, by Regina Spektor