Saturday, January 15, 2011

Jasa "musuh bebuyutan"

"Musuh bebuyutan" mana ya yang gw maksud? Tentu maksud gw adalah Malaysia, yang saat ini memang dalam suasana yang sedikit panas dengan Indonesia.
Tentunya saat ini gw perlu mengingatkan, bahwa sebenarnya gw juga tidak suka menggunakan istilah di atas, tapi pada kenyataannya memang frasa itulah yang tepat menggambarkan hubungan Malaysia dan Indonesia yang sering cekcok dari dahulu kala.

Ayo kita flashback masalah apa aja yang akhir-akhir ini memicu kembali pertengkaran bak anjing dan kucing yang sempat rukun ini:
  1. Sebutan "Indon" yang digunakan masyarakat Malaysia bagi masyarakat Indonesia pada kenyataannya tidak dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, malah memiliki konotasi yang buruk. Padahal sebenarnya, seperti yang gw baca dari post seorang warga Malaysia di facebook, hal itu karena mereka dipanggil "orang Malay" daripada "orang Malaysia", maka mereka berpikir orang Indonesia lebih suka dipanggil "orang Indon".
  2. Adanya isu perebutan dan pencurian budaya Indonesia oleh negara Malaysia. Dalam hal ini yang dipersengketakan adalah budaya seperti batik, angklung, tari Pendet, Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, dan lain-lain.
  3. Karena masalah "pencurian budaya", akhirnya orang Indonesia pun membuat julukan-julukan baru bagi orang Malaysia.
  4. Ditambah dengan kasus penangkapan petugas RI oleh Malaysia karena menangkap beberapa nelayan Malaysia yang melanggar batas wilayah RI (karena GPS rusak). Hal ini semakin parah karena hal itu bertepatan dengan euforia orang Indonesia menjelang tanggal 17 Agustus.
  5. Terakhir, yang terbaru, adalah "insiden laser di Bukit Jalil", yang KATANYA menjadi penyebab kekalahan Indonesia terhadap Malaysia 3-0 di ajang Piala AFF 2010.
Ini saja baru yang akhir-akhir ini, bagaimana kira-kira kalau ditulis semua (kasus dari zaman Bung Karno)?

Menurut gw, ada satu hal yang menarik perselisihan Indonesia-Malaysia ini. Apa itu? Reaksi bangsa Indonesia.
Indonesia adalah negara yang rasa nasionalisme-nya dalam keadaan normal tergolong cukup "parah", menurut gw. Berapa banyak orang Indonesia yang hafal Pancasila? Hafal "Indonesia Raya"? Lagu wajib nasional? Gak semua gw rasa, malah cukup banyak yang nggak hafal. Padahal ada loh orang bule yang menggunakan "Indonesia Raya" sebagai ringtone hape-nya, tandanya lagu "Indonesia Raya" nggak kalah bagus sama lagu-lagu di luar negeri. Indonesia juga termasuk negara yang unik. Budayanya seabrek-abrek. Bayangkan, suku di Indonesia ada ratusan, mungkin ribuan, dan mereka memiliki budaya masing-masing. Tapi sayangnya, banyak orang Indonesia yang malah nggak bangga jadi bangsa Indonesia, banyak yang berbondong-bondong pengen tinggal di luar negeri, pengen keluar dari negeri Indonesia. Yang diinget cuma "boroknya" aja.
Tapi herannya, kalau lagi ngomongin Indonesia-Malaysia, orang Indonesia jadi "Indonesia banget". Waktu batik diaku oleh Malaysia, berbondong-bondong orang pakai batik, padahal sebelumnya nggak segitunya. Waktu Reog dipasang di salah satu situs Malaysia, berbondong-bondong orang Indonesia protes. Waktu Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia di putaran final, berbondong-bondong orang Indonesia nonton, bahkan dengan tertib dan tanpa tawuran, padahal biasanya menghancurkan image bangsa sendiri dengan tawuran antar suporter klub sepak bola. Entah kenapa, kalau Indonesia "diusik" sama Malaysia, rasa nasionalisme kita jadi sejuta persen.

Inilah yang saya maksud dengan "jasa". Kita selama ini gak sadar, bahwa kita sebenernya perlu berterima kasih sama mereka. Tanpa mereka,
KAPAN ORANG INDONESIA SADAR KALAU MEREKA ITU ORANG INDONESIA?? KAPAN MEREKA AKAN MULAI MELIHAT KEKAYAAN BUDAYA INDONESIA DAN MENSYUKURINYA??
Memang, yang mereka lakukan juga bukannya benar, tapi ada kebaikan sebagai imbas perbuatan buruk tersebut yang tidak pernah diungkit sebelumnya.

Karena itu,
THANKS MALAYSIAN, FOR MAKING ME REALIZE THAT I AM A TRUE INDONESIAN,
AND I AM PROUD OF BEING A TRUE INDONESIAN

Curhat #1 gw di blog

Sekarang ini udah banyak banget orang yang ngomongin tentang facebook. Bener gak?

Jejaring sosial buatan Zuckerberg (sori kalau salah) satu ini memang fenomenal, karena saat ini facebook adalah salah satu jejaring sosial paling "laku". Betul?

Gw ada cerita nih tentang apa yang terjadi ke gw di dunia facebook sejak satu-dua minggu yang lalu:
Gw itu tipe pengguna facebook yang selalu meng-approve orang-orang yang meng-add gw sebagai temannya. Kenal ga kenal, pokoknya approve dulu, kan facebook itu tentang mencari teman. Ya kan?
Semua pilihan pasti punya akibat. Nah, akibat dari sikap saya ini, terkadang gw meng-approve orang-orang yang "salah". Contohnya sekitar dua minggu lalu, ada seseorang yang kelihatannya dari negeri nun-jauh-di-sana meng-add gw. Sebut saja namanya A. Seperti biasa, gw langsung meng-approve tanpa bertanya-tanya. Mendadak saat itu juga dia ngajak ngobrol via chat dan langsung nanya nomor hape gw. Gw pun menolak dengan keras karena gw punya pengalaman buruk dengan membagi-bagi nomor hape via facebook. Tapi dia juga keukeuh, sampai akhirnya chat terputus dengan gw log out (karena urusan gw di facebook memang udah selesai). Di situ gw udah berasa lega.
Ternyata, beberapa hari kemudian, ada lagi orang lain yang meng-add gw. Dilihat dari namanya, gw pikir ini orang (sebut aja B) temennya "orang yang kemaren" itu. Tapi seperti biasanya, gw langsung approve, karena gak tega meng-ignore orang. Dan seperti kejadian kemaren, orang ini juga ngotot minta nomor hape gw. Tentunya gak gw ladenin.
Yang lebih parah baru dua hari yang lalu. Gw pas online facebook, barengan sama si B. Dan dia ngajak chat lagi. Kali ini gak tanggung-tanggung, dia langsung nembak gw. WHAT?! Dengan ribuan alasan, akhirnya gw mengelak, mengelak, dan mengelak, sampai akhirnya dia mendadak appear offline. Gw kemudian gak "nafsu" lagi online facebook dan langsung log out.

Saat ini gw cuma bisa bilang, "ASTAGA!!" Manusia sekarang bisa berani banget nembak orang yang gak dia kenal lewat facebook. Kayaknya dia gak nyadar sama sekali kalau itu malah jadi nilai minus, mengesankan kalo dia lagi buru-buru pengen dapet pacar.

Well, sebelum curhat ini kepanjangan, gw cut di sini deh.

Apa yang bisa kita petik dari sini? Kalo menurut gw, kita bisa lihat bahwa inilah gaya hidup manusia sekarang. Pertama, sebegitu terikatnya kita dengan facebook, sampai-sampai urusan cari jodoh yang semestinya dilakukan di dunia nyata, malah dilakukan di facebook. Kedua, sebegitu gampangnya manusia sekarang (dalam hal ini cowok-cowok, no offence) bilang cinta. Gak heran banyak banget kasus kawin-cerai di dunia ini.

Well, here's my story. Semoga kejadian di atas gak kejadian sama kalian-kalian yang sedang membaca post ini.