Thursday, August 25, 2016

Song of the Day: Perfect by Simple Plan

"Nothing's gonna change the things that you said
Nothing's gonna make this right again
Please don't turn your back
I can't believe it's hard just to talk to you
And you don't understand

'Cause we've lost it all
Nothing last forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect"

Gw sempat bingung tadi, bait mana yang mau ditampilin sebagai pembuka post ini, karena sebenarnya semua bagian dari lagu ini seperti satu rangkaian surat yang saling berkaitan. Tapi akhirnya, gw settle dengan bagian bridge dan refrain dari lagu ini aja.

Gw sebenarnya tadinya ngga merencanakan nulis tentang lagu ini. Tadinya gw mau nulis tentang lagu Buildings atau Somedays dari Regina Spektor yang akhir-akhir ini sering gw dengerin. Tapi mendadak pagi ini, lagu Perfect dari Simple Plan ini hit me like a ton of bricks.

Lagu ini secara keseluruhan berbicara mengenai kekecewaan seorang anak akan hubungannya dengan ayahnya yang merenggang karena perbedaan sifat dan pandangan. Si anak ingin menekuni hal-hal yang dia sukai, tetapi sang ayah tidak merestui. One thing leads to another, ada pertengkaran hebat, dan akhirnya mereka putus hubungan.

Yang membuat lagu ini benar-benar ngena hari ini, adalah ketika otak gw mendadak menarik garis merah antara lagu ini dengan beberapa film yang gw tonton akhir-akhir ini, yaitu Alice Through the Looking Glass dan Facing the Giants. (Kalau ada yang belum nonton Alice Through the Looking Glass, minor spoiler warning ahead.)

Dalam Alice Through the Looking Glass, kita bisa melihat bahwa hubungan Mad Hatter dengan ayahnya persis seperti di lagu ini. Mereka berbeda jauh. Hatter ingin membuat topi-topi yang fun dan unik, sementara ayahnya merasa profesi pembuat topi harus ditekuni dengan serius dan tidak main-main.

Lalu dalam Facing the Giants, ada seorang supporting character (namanya Matt) yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayahnya, persis juga seperti lagu ini. Dia merasa ayahnya terlalu otoriter dan tidak supportive akan pilihan-pilihan hidupnya. Dia merasa tidak didengarkan oleh ayahnya.

Tapi yang menarik adalah, dalam kedua film ini, pada akhirnya mereka bisa saling akur. Bagaimana bisa?

Kita lihat dalam Alice Through the Looking Glass, seberapa pun berbedanya filosofi Mad Hatter dan ayahnya mengenai profesi topi, ayah Mad Hatter ternyata sangat bangga akan hasil karya anaknya. [minor spoiler] Ia memang bertengkar dengan Mad Hatter kecil dan membuang topi pertama yang dibuat Mad Hatter, tapi ketika semua orang sudah pergi, diam-diam ia mengambil topi kecil itu dari tong sampah dan menyimpannya [minor spoiler].

Di film Facing the Giants, hubungan Matt dan ayahnya membaik drastis ketika Matt akhirnya berkata kepada ayahnya, "I'm sorry. [...] Whatever you say goes." Maaf. Mulai sekarang, aku akan ikuti kata ayah. Ketika mendengar itu, ayah Matt tertegun dan hubungan mereka membaik. Bahkan akhirnya, ayah Matt pun mulai mencoba untuk mendengarkan dan mendukung Matt, baik di sekolah, di pertandingan football (ini American football yah), maupun di kehidupan sehari-hari.

Dalam kedua cerita di atas, kita bisa melihat, bahwa betapa pun buruknya hubungan antara orang tua dan anak, rasa kasih itu tetap ada. Yang seringkali menghalangi kita berelasi dengan baik dengan orang tua adalah keras kepala dan tidak mau mendengar, baik dari pihak orang tua maupun pihak anak. Ayah Mad Hatter akhirnya memutuskan untuk mulai mendengar dan menghargai aspirasi Mad Hatter dalam membuat topi. Matt akhirnya memutuskan untuk mulai mendengarkan apa kata ayahnya.

Komunikasi yang ideal adalah komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah yang ideal adalah ketika yang satu memberikan informasi dan yang satu mendengar, secara bergantian. Inilah yang perlu kita ingat dalam hubungan kita dengan orang tua. No, scratch that. Inilah yang perlu kita ingat dalam hubungan kita dengan semua orang di sekitar kita. Sekali-kali, cobalah untuk diam, mendengar, dan memahami terlebih dahulu, sebelum kita ingin dipahami. Maka komunikasi akan menjadi lebih baik.

Perfect by Simple Plan, versi akustik

Sedikit curhat, hari ini gw senang banget karena waktu shuffle playlist di handphone, ternyata dapat lagu-lagu yang bagus bertubi-tubi, dari lagunya Lee Jin Ah, lagunya Yuzu, lagunya Regina Spektor, soundtrack-soundtrack Hunter x Hunter dan Corrector Yui, bahkan gw sempat ngintip, lagu berikutnya setelah gw stop playlist adalah salah satu lagu favorit gw dari film Anastasia, If I can learn to do it. Semoga hari ini bisa sebagus playlist gw pagi ini. Amin.

Thursday, August 4, 2016

My Music Routine: The Various "Genres"

Sudah lama gw ngga nge-post di blog ini. Rasanya kangen, tapi agak susah cari waktu untuk nge-post di sela-sela kesibukan.

Ada banyak banget sebenarnya lagu-lagu yang mau gw ulas selama ini: Brave (Sara Bareilles), Laughing With (Regina Spektor), the A Team (Ed Sheeran), Moshimo Kono Sekai de Kimi to Boku ga Deae Nakatta Nara (Sunflower's Garden), dan masih banyak lagi... Saking bingungnya mana yang mau ditulis dulu, akhirnya gw memutuskan untuk nge-post soal hal lain dulu, yaitu cerita-cerita dikit mengenai beragamnya lagu yang gw dengerin setiap harinya.

Belum lama ini gw ganti handphone. Handphone Sony Xperia Go gw yang udah usang dan lemot diganti dengan handphone Sony Xperia Z5 yang jauh lebih baru dan cepat (dan jauh lebih besar juga). Oleh karena itu, akhirnya gw bisa lebih bebas memasukkan lagu-lagu ke dalam handphone untuk didengarkan sehari-hari. Dari yang tadinya at most cuma ada 150 lagu, sekarang jumlah lagu di handphone gw bisa sampai 300.

Gara-gara meningkatnya kapasitas, lagu yang bisa gw dengar sekarang semakin beragam. Dulu gw harus seleksi lagu-lagu yang mau masuk ke handphone. Akibatnya, ada genre tertentu yang ngga bisa masuk ke dalam handphone akibat kapasitas yang penuh. Sekarang, lagu-lagu di handphone gw jadi sangat beragam genrenya. Gw mau bahas beberapa "genre" yang gw sering dengerin akhir-akhir ini.

J-Pop
Gw sudah pernah cerita kalau akhir-akhir ini gw banyak dengerin lagu-lagu Yuzu dan Chihiro Onitsuka. Semakin lama, perbendaharaan lagu J-Pop gw semakin bertambah nih, tapi bertambah ke arah yang spesifik, yaitu: soundtrack anime lama.
Contohnya aja lagu yang sempat mau gw bahas kemarin ini tapi belum sempat dibahas, yang judulnya panjang banget dan udah gw sebut di atas. Lagu dari Sunflower's Garden itu adalah soundtrack dari anime Hunter x Hunter (1999). [Tadinya gw salah sebut, bilangnya lagu itu soundtrack Yu Yu Hakusho. Maaf yah, yang lagunya Yu Yu Hakusho itu judulnya Smile Bomb, yang sering gw dengar juga akhir-akhir ini.] Lalu ada juga Requiem dari Satsuki, soundtrack anime Corrector Yui. Dan my personal favourite, Taiyou wa Yoru mo Kagayaku dari Wino, soundtrack Hunter x Hunter versi 1999 pas Yorknew Arc.
Taiyou wa Yoru mo Kagayaku, by Wino

Gw senang dengerin soundtrack anime lama karena dua alasan: satu, nostalgia, dan dua, karena liriknya yang kayaknya punya dua setting aja, antara nyeleneh atau sangat warm.
Dan tentunya faktor interest gw akan bahasa asing, termasuk bahasa Jepang, membuat penilaian gw agak bias yah dalam kasus ini. Hehehe...

Rock
Yap, gw akhir-akhir ini senang dengerin musik rock juga. Contohnya seperti lagu-lagunya Avril Lavigne dan Simple Plan.
Yang menarik dari lagu-lagu rock dari beberapa tahun yang lalu (gw ngga terlalu ngikutin lagu rock yang baru) adalah liriknya yang malah lebih puitis daripada lagu-lagu pop yang katanya lebih mellow.
Contohnya, Leave Out All the Rest dari Linkin Park.
"When my time comes, forget the wrong that I've done. Help me leave behind some reasons to be missed. Don't resent me and when you're feeling empty keep me in your memories, leave out all the rest, leave out all the rest."
Leave Out All the Rest, by Linkin Park
Bandingkan dengan, misalnya, the worst of the worst, lagunya Justin Bieber yang paling iconic: Baby. Beda banget rasanya.
Bukan berarti lagu pop saat ini ngga ada yang bagus. Ada Adele, Meghan Trainor, Ed Sheeran, Sara Bareilles, dan gw yakin dari musician yang ada dalam "blacklist" gw juga pasti ada satu-dua yang punya satu-dua lagu bagus. Tapi to be honest, kondisi lagu-lagu pop yang paling terkenal saat ini membuat gw agak malas berburu lagu pop bagus.

Scottish Gaelic
Gw sudah pernah sedikit cerita mengenai salah satu lagu Scottish Gaelic yang gw dengerin. Kali ini gw mau cerita mengenai "genre"-nya. Sebenarnya ini bukan genre sih. Hanya saja, gw ngga tahu genre apa ini termasuknya. Hehehe...
Lagu-lagu Scottish Gaelic yang gw dengerin hampir semua datangnya dari Julie Fowlis. Kenapa? Karena gw suka dengan suaranya yang bersih, jernih, dan ringan.
Lagu-lagu Scottish Gaelic seringkali membuat gw merasa bebas dan lepas. Dengan mendengarkan aja, gw bisa membayangkan gimana rasanya berdiri di tengah padang rumput luas, dengan sinar matahari yang hangat dan angin yang sejuk. Lalu di kejauhan ada reruntuhan bekas kastil yang membuat gw pengen banget lari ke sana untuk melihat reruntuhan itu sambil menikmati bebasnya lari-larian di padang itu.
Di sisi lain, ada juga lagu-lagu Scottish Gaelic yang membuat gw merasa kayak sedang merayakan sesuatu di sekitar api unggun. Iramanya ringan, cepat, dan sederhana. Membuat gw pengen bergoyang-goyang mengikuti iramanya, atau bahkan menari jig. Atau membuat gw pengen lompat-lompat aja (gw suka banget lompat-lompat).
Hùg Air A' Bhonaid Mhòir, by Julie Fowlis

Ini daya tarik utama yang membuat gw suka dengan lagu-lagu Scottish Gaelic, yaitu suasana yang unik yang nggak gw dapat dari lagu-lagu lain.

Regina Spektor
Nah loh, tadi bukan genre, yang ini malah nama... Ini maunya apaaaaa.......... Hahahahaha...
Menurut gw, Regina Spektor itu ngga bisa dikelompokkan dalam sebuah genre. She has her own style yang ngga gw temukan dalam lagu-lagu dari penyanyi lain.
Yang menarik dari Regina Spektor adalah lirik lagu yang beragam dan dalam. Lirik lagunya ada yang humanis, ada yang religious, ada yang sarkastis, dan on the other end of the spectrum, ada yang sekilas terdengar mundane, tapi sebenarnya agak deep.
Regina Spektor juga ngga membatasi dirinya dalam satu genre. Kadang lagunya terdengar sangat folk, kadang terdengar pop, kadang rock, kadang jazz, kadang.... Just simply eccentric.
You've Got Time, by Regina Spektor
(lagu ini sempat dinominasikan Grammy, walaupun nggak menang)

Gw sebenarnya pengen bahas Regina Spektor dalam post "Girl Power" yang gw pernah rencanain (dan belum ditulis), bersama dengan Julie Fowlis, Lee Jin Ah, dan beberapa penyanyi dan musisi wanita yang sangat berpengaruh dalam selera musik gw. Mungkin gw akan bahas style Regina lebih jauh dalam post itu nanti.


Sebenarnya bukan cuma empat genre ini yang gw suka dengerin sehari-hari. Masih ada lagu-lagu musical theatre, seperti lagu-lagu dari Phantom of the Opera, Les Miserables, dan yang paling eksentrik, dari Sweeney Todd (yang kayaknya gw pernah ulas filmnya di blog ini). Masih ada juga lagu-lagu lawas, beberapa lagu pop yang menurut gw lumayan bagus, lalu ada lagu-lagu K-Pop, dan beberapa soundtrack film dan TV series. Kapan-kapan mungkin akan gw bahas, but this post is already long enough. Semoga gw bisa segera cerita-cerita hal-hal lainnya dalam post yang lain. :)