Kali ini gw cuma mau cerita nih...
Kemarin ini, hari Selasa, 14 Juni 2011, gw menghadiri acara Grand Graduation of SMAK PENABUR Jakarta, atau bahasa Indonesianya: Wisuda Akbar. Acaranya di Plenary Hall JCC.
Sebagai apa gw di sana? Tentu sebagai wisudawati dong... Hehe...
Acara ini disebut Wisuda AKBAR, karena acara ini dihadiri oleh 1586 wisudawan dan wisudawati. Saking banyaknya, acara ini sampai masuk MURI! W.O.W!
Dibanding teman-teman sekelas gw di SMAK 6, gw termasuk yang datang paling awal. Itu karena gw termasuk para juara (sombong dikit boleh lah yaah... hehe...)... Gw sebagai juara 2 dari kelas XII IPA SMAK 6 PENABUR Jakarta... Yang juara 1 di kelas gw namanya Denny, yang juara 3 namanya Revin... Kita bertiga perginya bareng-bareng sama juara dari kelas XII IPS, Meidilia dan Meidiria... Kita semua pagi-pagi dateng ke sekolah sudah pake kebaya (buat yang cewek-cewek) dan jas (buat yang cowok-cowok)... Sayangnya, ternyata kita di sana dateng pagi-pagi malah nganggur... Jalan-jalan dah kita ke WC JCC, lobby, dan tempat-tempat lainnya. Kita bahkan masih sempat foto-foto bareng kenalan kita yang ada di SMAK lain...
Setelah berapa lama, barulah teman-teman kami datang pake bus... Setelah busnya datang, kami segera keluar ke lobby, lalu menerima jatah konsumsi dan medali kami... Setelah kami makan cepat-cepat di luar, barulah kami masuk kembali ke ruangan...
Setelah itu, sebelum acara dimulai, anak-anak yang termasuk para juara dipanggil keluar ruangan untuk bersiap-siap sebelum prosesi... Bangga juga sih ikut prosesi... Kayak orang penting gitu... Hehe...
Baru setelah itu acara dimulai... Orkestranya keren banget!! Empat jempol (2 di tangan, 2 di kaki) deh buat Pak Dominikus Catur yang memimpin orkestra dan paduan suara dengan sedemikian rupa, dan juga untuk para pemain orkestra dan anggota paduan suaranya... Dari lagu Kami Puji Dengan Riang (nama lainnya: Ode to Joy), How Great Thou Art, Hallelujah-nya Handel, the Prayer, sampai He's a Pirate (kalo nggak salah)-nya Pirates of the Carribean, sukses dibawakan... Cuma satu kali saja tubanya meleot sampai-sampai anak-anak ketawa semua... Tapi sisanya sukses... Lagi-lagi, W.O.W!!
Terus lagi, yang bikin gw seneng adalah pas acara pengumuman juara dan wisuda... Bangga gitu deh pas dipanggil: "Juara 2 Program IPA, Prisilia, putri dari Bpk. Gan Asep Megawan dan Ibu Selijhiati..." Hehehe... Seneng banget!! Hehe... Terus pas acara wisudanya, gw dipanggil lagi ke depan buat terima ucapan selamat... Hehe...
Ngomong-ngomong lagi, gw jadi makin bangga jadi siswa SMAK 6, gara-gara ternyata si Denny itu jadi peraih nilai UN tertinggi se-PENABUR... Nilai UN tertinggi ternyata malah diraih siswa dari sekolah baru yang paling tidak terdengar itu... :D Senangnyaaa.... Sayangnya, di sebuah koran online, malah ditulis peraih nilai UN terbaik se-PENABUR adalah siswa SMAK 1... Jadi sedikit keki... Huh...
Well, this is the end of story gw... Pokoknya, acara kemaren itu keren abis!! Two thumbs up buat panitia dan semua orang yang terlibat!! Keren keren keren!!
Wednesday, June 15, 2011
Saturday, January 15, 2011
Jasa "musuh bebuyutan"
"Musuh bebuyutan" mana ya yang gw maksud? Tentu maksud gw adalah Malaysia, yang saat ini memang dalam suasana yang sedikit panas dengan Indonesia.
Tentunya saat ini gw perlu mengingatkan, bahwa sebenarnya gw juga tidak suka menggunakan istilah di atas, tapi pada kenyataannya memang frasa itulah yang tepat menggambarkan hubungan Malaysia dan Indonesia yang sering cekcok dari dahulu kala.
Ayo kita flashback masalah apa aja yang akhir-akhir ini memicu kembali pertengkaran bak anjing dan kucing yang sempat rukun ini:
Menurut gw, ada satu hal yang menarik perselisihan Indonesia-Malaysia ini. Apa itu? Reaksi bangsa Indonesia.
Indonesia adalah negara yang rasa nasionalisme-nya dalam keadaan normal tergolong cukup "parah", menurut gw. Berapa banyak orang Indonesia yang hafal Pancasila? Hafal "Indonesia Raya"? Lagu wajib nasional? Gak semua gw rasa, malah cukup banyak yang nggak hafal. Padahal ada loh orang bule yang menggunakan "Indonesia Raya" sebagai ringtone hape-nya, tandanya lagu "Indonesia Raya" nggak kalah bagus sama lagu-lagu di luar negeri. Indonesia juga termasuk negara yang unik. Budayanya seabrek-abrek. Bayangkan, suku di Indonesia ada ratusan, mungkin ribuan, dan mereka memiliki budaya masing-masing. Tapi sayangnya, banyak orang Indonesia yang malah nggak bangga jadi bangsa Indonesia, banyak yang berbondong-bondong pengen tinggal di luar negeri, pengen keluar dari negeri Indonesia. Yang diinget cuma "boroknya" aja.
Tapi herannya, kalau lagi ngomongin Indonesia-Malaysia, orang Indonesia jadi "Indonesia banget". Waktu batik diaku oleh Malaysia, berbondong-bondong orang pakai batik, padahal sebelumnya nggak segitunya. Waktu Reog dipasang di salah satu situs Malaysia, berbondong-bondong orang Indonesia protes. Waktu Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia di putaran final, berbondong-bondong orang Indonesia nonton, bahkan dengan tertib dan tanpa tawuran, padahal biasanya menghancurkan image bangsa sendiri dengan tawuran antar suporter klub sepak bola. Entah kenapa, kalau Indonesia "diusik" sama Malaysia, rasa nasionalisme kita jadi sejuta persen.
Inilah yang saya maksud dengan "jasa". Kita selama ini gak sadar, bahwa kita sebenernya perlu berterima kasih sama mereka. Tanpa mereka,
Tentunya saat ini gw perlu mengingatkan, bahwa sebenarnya gw juga tidak suka menggunakan istilah di atas, tapi pada kenyataannya memang frasa itulah yang tepat menggambarkan hubungan Malaysia dan Indonesia yang sering cekcok dari dahulu kala.
Ayo kita flashback masalah apa aja yang akhir-akhir ini memicu kembali pertengkaran bak anjing dan kucing yang sempat rukun ini:
- Sebutan "Indon" yang digunakan masyarakat Malaysia bagi masyarakat Indonesia pada kenyataannya tidak dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, malah memiliki konotasi yang buruk. Padahal sebenarnya, seperti yang gw baca dari post seorang warga Malaysia di facebook, hal itu karena mereka dipanggil "orang Malay" daripada "orang Malaysia", maka mereka berpikir orang Indonesia lebih suka dipanggil "orang Indon".
- Adanya isu perebutan dan pencurian budaya Indonesia oleh negara Malaysia. Dalam hal ini yang dipersengketakan adalah budaya seperti batik, angklung, tari Pendet, Reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, dan lain-lain.
- Karena masalah "pencurian budaya", akhirnya orang Indonesia pun membuat julukan-julukan baru bagi orang Malaysia.
- Ditambah dengan kasus penangkapan petugas RI oleh Malaysia karena menangkap beberapa nelayan Malaysia yang melanggar batas wilayah RI (karena GPS rusak). Hal ini semakin parah karena hal itu bertepatan dengan euforia orang Indonesia menjelang tanggal 17 Agustus.
- Terakhir, yang terbaru, adalah "insiden laser di Bukit Jalil", yang KATANYA menjadi penyebab kekalahan Indonesia terhadap Malaysia 3-0 di ajang Piala AFF 2010.
Menurut gw, ada satu hal yang menarik perselisihan Indonesia-Malaysia ini. Apa itu? Reaksi bangsa Indonesia.
Indonesia adalah negara yang rasa nasionalisme-nya dalam keadaan normal tergolong cukup "parah", menurut gw. Berapa banyak orang Indonesia yang hafal Pancasila? Hafal "Indonesia Raya"? Lagu wajib nasional? Gak semua gw rasa, malah cukup banyak yang nggak hafal. Padahal ada loh orang bule yang menggunakan "Indonesia Raya" sebagai ringtone hape-nya, tandanya lagu "Indonesia Raya" nggak kalah bagus sama lagu-lagu di luar negeri. Indonesia juga termasuk negara yang unik. Budayanya seabrek-abrek. Bayangkan, suku di Indonesia ada ratusan, mungkin ribuan, dan mereka memiliki budaya masing-masing. Tapi sayangnya, banyak orang Indonesia yang malah nggak bangga jadi bangsa Indonesia, banyak yang berbondong-bondong pengen tinggal di luar negeri, pengen keluar dari negeri Indonesia. Yang diinget cuma "boroknya" aja.
Tapi herannya, kalau lagi ngomongin Indonesia-Malaysia, orang Indonesia jadi "Indonesia banget". Waktu batik diaku oleh Malaysia, berbondong-bondong orang pakai batik, padahal sebelumnya nggak segitunya. Waktu Reog dipasang di salah satu situs Malaysia, berbondong-bondong orang Indonesia protes. Waktu Timnas Indonesia melawan Timnas Malaysia di putaran final, berbondong-bondong orang Indonesia nonton, bahkan dengan tertib dan tanpa tawuran, padahal biasanya menghancurkan image bangsa sendiri dengan tawuran antar suporter klub sepak bola. Entah kenapa, kalau Indonesia "diusik" sama Malaysia, rasa nasionalisme kita jadi sejuta persen.
Inilah yang saya maksud dengan "jasa". Kita selama ini gak sadar, bahwa kita sebenernya perlu berterima kasih sama mereka. Tanpa mereka,
KAPAN ORANG INDONESIA SADAR KALAU MEREKA ITU ORANG INDONESIA?? KAPAN MEREKA AKAN MULAI MELIHAT KEKAYAAN BUDAYA INDONESIA DAN MENSYUKURINYA??
Memang, yang mereka lakukan juga bukannya benar, tapi ada kebaikan sebagai imbas perbuatan buruk tersebut yang tidak pernah diungkit sebelumnya.Karena itu,
THANKS MALAYSIAN, FOR MAKING ME REALIZE THAT I AM A TRUE INDONESIAN,
AND I AM PROUD OF BEING A TRUE INDONESIAN
Curhat #1 gw di blog
Sekarang ini udah banyak banget orang yang ngomongin tentang facebook. Bener gak?
Jejaring sosial buatan Zuckerberg (sori kalau salah) satu ini memang fenomenal, karena saat ini facebook adalah salah satu jejaring sosial paling "laku". Betul?
Gw ada cerita nih tentang apa yang terjadi ke gw di dunia facebook sejak satu-dua minggu yang lalu:
Gw itu tipe pengguna facebook yang selalu meng-approve orang-orang yang meng-add gw sebagai temannya. Kenal ga kenal, pokoknya approve dulu, kan facebook itu tentang mencari teman. Ya kan?
Semua pilihan pasti punya akibat. Nah, akibat dari sikap saya ini, terkadang gw meng-approve orang-orang yang "salah". Contohnya sekitar dua minggu lalu, ada seseorang yang kelihatannya dari negeri nun-jauh-di-sana meng-add gw. Sebut saja namanya A. Seperti biasa, gw langsung meng-approve tanpa bertanya-tanya. Mendadak saat itu juga dia ngajak ngobrol via chat dan langsung nanya nomor hape gw. Gw pun menolak dengan keras karena gw punya pengalaman buruk dengan membagi-bagi nomor hape via facebook. Tapi dia juga keukeuh, sampai akhirnya chat terputus dengan gw log out (karena urusan gw di facebook memang udah selesai). Di situ gw udah berasa lega.
Ternyata, beberapa hari kemudian, ada lagi orang lain yang meng-add gw. Dilihat dari namanya, gw pikir ini orang (sebut aja B) temennya "orang yang kemaren" itu. Tapi seperti biasanya, gw langsung approve, karena gak tega meng-ignore orang. Dan seperti kejadian kemaren, orang ini juga ngotot minta nomor hape gw. Tentunya gak gw ladenin.
Yang lebih parah baru dua hari yang lalu. Gw pas online facebook, barengan sama si B. Dan dia ngajak chat lagi. Kali ini gak tanggung-tanggung, dia langsung nembak gw. WHAT?! Dengan ribuan alasan, akhirnya gw mengelak, mengelak, dan mengelak, sampai akhirnya dia mendadak appear offline. Gw kemudian gak "nafsu" lagi online facebook dan langsung log out.
Saat ini gw cuma bisa bilang, "ASTAGA!!" Manusia sekarang bisa berani banget nembak orang yang gak dia kenal lewat facebook. Kayaknya dia gak nyadar sama sekali kalau itu malah jadi nilai minus, mengesankan kalo dia lagi buru-buru pengen dapet pacar.
Well, sebelum curhat ini kepanjangan, gw cut di sini deh.
Apa yang bisa kita petik dari sini? Kalo menurut gw, kita bisa lihat bahwa inilah gaya hidup manusia sekarang. Pertama, sebegitu terikatnya kita dengan facebook, sampai-sampai urusan cari jodoh yang semestinya dilakukan di dunia nyata, malah dilakukan di facebook. Kedua, sebegitu gampangnya manusia sekarang (dalam hal ini cowok-cowok, no offence) bilang cinta. Gak heran banyak banget kasus kawin-cerai di dunia ini.
Well, here's my story. Semoga kejadian di atas gak kejadian sama kalian-kalian yang sedang membaca post ini.
Jejaring sosial buatan Zuckerberg (sori kalau salah) satu ini memang fenomenal, karena saat ini facebook adalah salah satu jejaring sosial paling "laku". Betul?
Gw ada cerita nih tentang apa yang terjadi ke gw di dunia facebook sejak satu-dua minggu yang lalu:
Gw itu tipe pengguna facebook yang selalu meng-approve orang-orang yang meng-add gw sebagai temannya. Kenal ga kenal, pokoknya approve dulu, kan facebook itu tentang mencari teman. Ya kan?
Semua pilihan pasti punya akibat. Nah, akibat dari sikap saya ini, terkadang gw meng-approve orang-orang yang "salah". Contohnya sekitar dua minggu lalu, ada seseorang yang kelihatannya dari negeri nun-jauh-di-sana meng-add gw. Sebut saja namanya A. Seperti biasa, gw langsung meng-approve tanpa bertanya-tanya. Mendadak saat itu juga dia ngajak ngobrol via chat dan langsung nanya nomor hape gw. Gw pun menolak dengan keras karena gw punya pengalaman buruk dengan membagi-bagi nomor hape via facebook. Tapi dia juga keukeuh, sampai akhirnya chat terputus dengan gw log out (karena urusan gw di facebook memang udah selesai). Di situ gw udah berasa lega.
Ternyata, beberapa hari kemudian, ada lagi orang lain yang meng-add gw. Dilihat dari namanya, gw pikir ini orang (sebut aja B) temennya "orang yang kemaren" itu. Tapi seperti biasanya, gw langsung approve, karena gak tega meng-ignore orang. Dan seperti kejadian kemaren, orang ini juga ngotot minta nomor hape gw. Tentunya gak gw ladenin.
Yang lebih parah baru dua hari yang lalu. Gw pas online facebook, barengan sama si B. Dan dia ngajak chat lagi. Kali ini gak tanggung-tanggung, dia langsung nembak gw. WHAT?! Dengan ribuan alasan, akhirnya gw mengelak, mengelak, dan mengelak, sampai akhirnya dia mendadak appear offline. Gw kemudian gak "nafsu" lagi online facebook dan langsung log out.
Saat ini gw cuma bisa bilang, "ASTAGA!!" Manusia sekarang bisa berani banget nembak orang yang gak dia kenal lewat facebook. Kayaknya dia gak nyadar sama sekali kalau itu malah jadi nilai minus, mengesankan kalo dia lagi buru-buru pengen dapet pacar.
Well, sebelum curhat ini kepanjangan, gw cut di sini deh.
Apa yang bisa kita petik dari sini? Kalo menurut gw, kita bisa lihat bahwa inilah gaya hidup manusia sekarang. Pertama, sebegitu terikatnya kita dengan facebook, sampai-sampai urusan cari jodoh yang semestinya dilakukan di dunia nyata, malah dilakukan di facebook. Kedua, sebegitu gampangnya manusia sekarang (dalam hal ini cowok-cowok, no offence) bilang cinta. Gak heran banyak banget kasus kawin-cerai di dunia ini.
Well, here's my story. Semoga kejadian di atas gak kejadian sama kalian-kalian yang sedang membaca post ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)