Monday, April 24, 2017

Song of the Day: The One Who Stayed and the One Who Left, by Regina Spektor

"I'm just another drop in a bucket
I'm just another song on the jukebox
I'm just another face in the crowd
Another fish in the sea
Something to being one of the many
Something to being one in the masses
Something to being surrounded by others
And not alone by yourself"
The One Who Stayed ---

"Something to being one of the many
Who get to sing the songs on the jukebox
Who get to stay awake all night
And dream half of the day
Something to waking up in a town
Something to singing songs to a new crowd
Something to being surrounded by others
And not alone by yourself"
--- and the One Who Left, by Regina Spektor

Sesuai dengan judulnya yang dua bagian, rasanya ngga cukup kalau gw cuma kutip satu bagian lagunya. Kali ini gw kutip dua bagian, satu bagian untuk "The One Who Stayed" dan satu bagian untuk "The One Who Left".

Lagu ini adalah bagian dari album terbaru Regina Spektor yang rilis September 2016, yaitu Remember Us to Life. Dalam album tersebut banyak lagu bagus, dan mungkin nanti satu per satu judulnya akan muncul di sini, kalau ada waktu. Selain lagu ini gw suka juga lagu Black and White yang sekarang sudah ada music video-nya, lagu Sellers of Flowers yang maknanya dalam banget, lagu Grand Hotel yang isinya nyentrik, The Trapper and the Furrier yang maknanya kritik sosial, Tornadoland yang gw suka banget aransemen interlude-nya, New Year yang ceritanya mengharukan, the Light yang ceritanya menurut gw agak sedih, dan masih ada beberapa lagi yang bagus.

Wow, that's almost the whole album! Actually, seluruh lagu dalam albumnya unik dan mirip dengan gaya lagu Regina yang lama (waktu album awal-awal), dengan production yang lebih bagus dan apik. Bener-bener worth checking out menurut gw.

Ada dua hal yang sangat gw suka dari lagu ini. Yang pertama, tentu aja dari keindahan lagunya. Lagu ini terdengar sederhana, ngga banyak alat musik yang terdengar terlibat dalam lagu ini. Paling hanya piano, strings, dan sedikit bunyi gitar akustik kalau kuping gw masih bagus. Kesederhanaan aransemen lagu ini tidak hanya cocok untuk isi lagunya yang bermakna dalam.

Hal kedua yang gw suka dari lagu ini, tentu saja isinya. Menurut gw, lagu ini sangat menonjolkan keberagaman kepribadian manusia. Ada dua orang yang berasal dari tempat yang sama, bermain bersama, akan tetapi mereka memiliki passion dan jalan hidup yang berbeda. Ada yang memiliki passion di bidang musik, ingin berkeliling dunia, bernyanyi di depan sebanyak mungkin orang, dan ada juga yang lebih memilih menjalani hidup yang sederhana dan tenang, tidak menonjol, tidak menarik perhatian. Akan tetapi, walaupun berbeda kepribadian, passion, dan jalan hidup, kedua orang ini dapat tetap berteman baik meskipun harus terpisah lama karena mengejar mimpi dan kebahagian masing-masing.

Ini adalah pelajaran yang sangat baik bagi kita. Kepribadian dan passion orang memang berbeda-beda, unik satu sama lain. Namun jangan sampai perbedaan ini menjadi jurang pemisah di antara kita. Bagaimana agar kita tidak terpisah karena perbedaan? Berdasarkan pengalaman gw sendiri, yaitu pertama dengan mengakui adanya perbedaan itu, lalu dengan saling menghargai dan memaklumi. Sebagai contohnya aja ketika introvert berteman dengan ekstrovert, maka satu sama lain perlu paham dan memaklumi kebutuhan satu sama lain. Introvert akan perlu waktu recharge dengan menyendiri, sementara ekstrovert me-recharge dengan bersosialisasi, hangout, atau berpesta. Kalau yang dari gw baca-baca, itu ada hubungannya dengan cara kerja otak, ada yang bilang perbedaan alur stimulus dalam otak, ada yang bilang lain lagi, tapi karena gw bukan ahlinya, mungkin ada baiknya gw ngga bahas terlalu panjang di sini. Tapi intinya, kalau satu sama lain paham dan memaklumi kebutuhan masing-masing, tentunya tidak akan ada pertengkaran yang bunyinya begini:
"Kok lo ngga pernah mau ikut jalan-jalan sih?"
"Lo ngga paham yah gw butuh istirahat?"
"Lo egois! Ngga pernah mau pahami gw!"

In the end, gw tahu akhir-akhir ini banyak banget perpecahan di antara kita yang disebabkan oleh perbedaan. Di lingkup kecil, lingkup pertemanan, mungkin perbedaan kepribadian seperti contoh di atas. Gw rasa ini jenis perbedaan yang lebih mudah untuk dipahami. Yang jadi masalah adalah di lingkup yang lebih luas, perbedaan pandangan politik, agama, suku, dan ras.

Menurut gw, berhentilah mengangkat perbedaan itu menjadi sumber perpecahan. Jangan lupa guys, slogan kita di Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika. Jangan sampai perbedaan itu membuat kita lupa kalau orang yang berbeda dengan kita itu juga manusia, dan harus diperlakukan dengan pantas, sebagai manusia. Jangan sampai keluar makian kebun binatang hanya karena perbedaan. Jangan sampai kita memperlakukan orang lain seperti hewan, hanya karena perbedaan. Jangan sampai kita menganggap kita lebih hebat dan mulia dari orang lain, karena perbedaan itu. Jangan sampai kita kehilangan kemanusiaan dan keberadaban kita, hanya karena perbedaan. Gw bersyukur masih banyak orang yang saling menghargai, tanpa ada kotak-kotak perbedaan, tapi di sisi lain gw juga ngga bisa mengingkari kalau masih banyak orang yang sibuk membangun dinding pemisah karena perbedaan. Jadi sedih gw setiap kali kepikiran perpecahan ini.

Udahan sedih-sedihnya, dan ini post udah ngalor-ngidul juga, dari perbedaan kepribadian sampai keadaan yang lagi kacau sekarang. Langsung aja deh, di bawah ini gw attach video lagunya, seperti biasa. Enjoy!

The One Who Stayed and the One Who Left, by Regina Spektor

Thursday, April 6, 2017

Song of the Day: Musicbox by Regina Spektor

"Life inside the music box ain't easy
The mallets hit, the gears are always turning
And everyone inside the mechanism is yearning to get out
And sing another melody completely
So different from the one they're always singing
I close my eyes and think that I have found me
But then I feel mortality surround me
I wanna sing another melody, so different from the one I always sing"


Lama ngga ngeblog... Rasanya kangen, tapi apa daya kerjaan di kantor lagi bejibun dan job nyanyi juga kemarin ini cukup banyak. Akibatnya susah nyolong waktu, dan ada waktu pun biasa dipakai untuk urus daftar lagu untuk job nyanyi. (Ini aja nulis post nya kemarin sepotong, hari ini sepotong... Ngga kerasa udah seminggu kayaknya, tapi belum selesai juga... Ahahaha...)

Kali ini gw mau bahas lagu Musicbox dari Regina Spektor.

Ada beberapa hal yang menarik dari lagu ini. Pertama, isi liriknya secara sekilas. Sebenernya kalau kita baca lirik satu lagu, lagu ini cukup morbid. Bagian tengah lagunya berupa cerita tentang orang yang sangat bosan, sampai-sampai dia "menyicipi" sabun cuci piring. Ini bukan pertama kali dan bukan terakhir kalinya Regina Spektor menulis lagu dengan struktur sebuah cerita. Contohnya, dari album pertamanya, 11:11 sudah ada lagu Braille yang bicara tentang aborsi dalam bentuk cerita.

Kedua, strukturnya. Struktur lagu ini sebenernya seperti sandwich, biskuit, ataupun burger. Yang gw tulis liriknya di atas itu adalah bagian pembuka, paling atas. Lalu bagian tengah adalah isi cerita seperti yang gw bilang sebelumnya. Yang menarik, bagian terakhirnya, (kayak bagian roti paling bawah di burger), adalah kebalikan dari bagian pembuka di atas.

"I feel mortality surround me
I close my eyes and think that I have found me
But life inside a music box ain't easy
The mallets hit, the gears are always turning
And everyone inside the mechanism is yearning to get out
And sing another melody completely, is yearning to get out
Is yearning to get out, is yearning to get out"

Bisa dilihat kan, strukturnya seperti mirrored. This structure truly amuse me to no end. Setiap kali denger lagu ini, rasanya bisa senyum-senyum sendiri ketika mengikuti struktur yang mirrored ini.

Ketiga, gw sangat suka perumpamaan yang dibuat Regina dalam lagu ini. Lagu ini mengibaratkan kehidupan kita seperti dalam sebuah musicbox. Kalian tahu kan cara kerja musicbox? Dalam kotak musik, ada banyak pin metal yang dipasang di sebuah roll. Ketika roll itu diputar, maka pin-pin tersebut akan memukul lempengan-lempengan metal sehingga mengeluarkan nada dengan frekuensi tertentu. Di sisi lain dalam musicbox, seringkali ada figurine kecil, biasanya berupa balerina atau sepasang orang yang sedang berdansa, yang akan keluar ketika musicbox mulai bermain.

Well, that's what life is like when you're a performer of some sort.

 Di permukaan, yang orang lihat, hanya balerinanya yang menari dengan indah diiringi musik yang indah. Tapi di dalamnya, ternyata banyak persiapan yang dilakukan dan menyakitkan. Banyaknya problem dan persiapan yang bertubi-tubi, sementara waktu terus berjalan.

Mengutip kata-kata Merlin dalam BBC's Merlin (salah satu serial TV favorit gw, by the way):
"I'm like a swan. It seems like I'm not doing anything, but there's a lot of work going on underneath."
(Aku seperti angsa. Kelihatannya tidak melakukan apa-apa, padahal sebenarnya banyak yang dilakukan [di bawah air].)

Sedikit di luar konteks sebenarnya, tapi seperti itulah seorang performer. Di atas panggung harus terlihat effortless walaupun sebenarnya mati-matian latihannya. Bagian ini sangat ngena di gw yang akhir-akhir ini sering perform nyanyi untuk wedding. Hehehe...

Tumben gw ngga bicara makna lagu, karena sebenarnya ngga banyak yang gw bisa simpulkan dalam makna lagu keseluruhan. Jadi gw ambil aja bagian perumpamaan ini yang bener-bener paling menarik buat gw.

Hmmm... Gw sendiri sampai ngga tahu mau ngomong apa lagi, karena sebenarnya post ini sudah ditulis dari lama sedikit-sedikit, tapi baru bisa finishing hari ini... Hehehe... Jadi langsung aja berikut ini lagunya yah... Enjoy!

Musicbox by Regina Spektor