Tuesday, October 18, 2016

Watch List: The Conjuring 2

Kayaknya semua orang sudah tahu yah mengenai fanchise film horor yang satu ini. Seenggaknya pernah dengar lah kalau film ini pernah rilis. Tapi baiknya tetap di-attach aja trailer-nya supaya lebih jelas lagi.

Trailer the Conjuring 2

Karena filmnya udah turun dari bioskop sejak... yah lumayan lama juga, jadi gw ngga terlalu merasa bersalah kalau ada sedikit spoiler di post ini. Yah, ngga terlalu spoiling juga sih, karena karakter yang mau gw bahas ini sebenernya juga udah keliatan di trailer di atas. Jadi, kalau ada yang ngerasa ke-spoiler gara-gara post ini, gw cuma bisa bilang, "I'm sorry. I'm so sorry." (I wonder how many people get that reference. Haha.)

Karakter yang mau gw bahas, tidak lain dan tidak bukan, adalah main villain dalam film ini, yaitu Valak.

Ada banyak gambar Valak di mana-mana saat ini karena kepopuleran the Conjuring, jadi rasanya ngga perlu yah membuat post ini tambah mengerikan dengan memasang fotonya Valak. Ahahaha...

Ketika pertama menonton film ini (dulu ngga terlalu perhatiin trailer-nya), gw sempat mikir, sebagai seorang Katolik, "Should I be offended?" Untuk catatan, gw ngga offended sih, karena gw punya pemikiran, kita positive thinking aja, ketika mereka memutuskan untuk pakai desain kostum ini, tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan Gereja Katolik, ataupun biarawan-biarawati pada umumnya. They just thought it's cool. Bukan berarti ini bener juga, tapi menurut gw itu artinya mereka ngga paham aja, dan ini bukan sesuatu yang pantas untuk diributkan dan dibesar-besarkan.

Kembali ke topik, gw sempat mikir waktu menikmati film ini, "Should I be offended?" Karena mereka mengambil sebuah simbol yang bisa dibilang exclusively Katolik, yaitu pakaian biarawati, lalu digunakan untuk karakter iblis.

Pikiran itu berlalu (atau lebih tepatnya tenggelam) dan mendadak teringat lagi baru-baru ini. Should I be offended? Tapi kali ini, ada lanjutan yang muncul di kepala gw. "Kalau serigala bisa berbulu domba, iblis juga bisa pakai pakaian orang suci untuk mengelabui manusia."

Gw rasa ini penting untuk kita sadari. Ada banyak orang dalam Gereja yang berpakaian suci, tapi berkelakuan tidak sesuai dengan ajaran Gereja. Contohnya, kasus pelecehan seksual oleh pastor. Bukan cuma dalam Gereja Katolik, gw rasa juga banyak orang-orang di semua agama yang mengaku sebagai pemimpin agama, tapi ternyata kehidupannya jauh dari Tuhan. Kita sebagai awam beragama, harus dapat mencermati ajaran-ajaran dan perilaku para pemimpin agama kita. Apakah sesuai dengan ajaran agama yang kita percayai? Apakah pantas untuk menjadi contoh perilaku kita?

Gw ngga bermaksud mengajak kita semua untuk menjadi sok tahu akan ajaran agama masing-masing. Terutama sebagai seorang Katolik, ini bukan ajakan untuk kita semua mulai menginterpretasikan ayat-ayat Alkitab sendiri-sendiri. Biar bagaimana juga, kita sebagai awam kan tidak belajar teologi secara khusus. Bahkan orang yang belajar teologi menurut ajaran Gereja Katolik juga paham bahwa otoritas mereka tidak sampai menginterpretasikan ayat atau bahkan membuat ajaran. Coba aja lihat dalam situs katolisitas.org, jawaban-jawaban yang diberikan para teolog di sana selalu didukung oleh kutipan-kutipan dokumen Gereja, ayat Alkitab, atau tulisan dari orang kudus. Ini artinya mereka mengakui, bahwa mereka hanya perpanjangan tangan Gereja.

Gw ingin mengajak kita semua untuk bijak dan mencoba mempelajari ajaran agama masing-masing dengan kerendahan hati. Bukan supaya kita menjadi hebat, tapi supaya kita dapat memahami, mana perilaku yang sesuai dengan ajaran Gereja, dan mana perilaku yang tidak sesuai ajaran Gereja, siapa pun pelakunya, baik awam, biarawan-biarawati, imam, uskup, atau bahkan Bapa Suci kita di Vatikan. Dan tentu saja terutama, supaya kita tahu bagaimana kita harus bersikap sebagai orang beriman dan menjadi semakin dekat dengan Tuhan.

Akhir kata, Venerable Fulton Sheen pernah berkata, "Judge the Catholic Church not by those who barely live by its spirit, but by the example of those who live closest to it." Hanya orang yang hidup sesuai dengan semangat dan ajaran sebuah agama lah yang dapat menjadi cerminan dari agama tersebut.

Mungkin tulisan ini bisa menjadi refleksi aja bagi kita yang beriman dan beragama. Untuk mereka yang ateis dan agnostik, yah... Mungkin bisa lupakan saja semua curhatan dalam post ini, dan hiduplah berdasarkan moral yang kalian percayai benar.

Tuesday, October 4, 2016

Song of the Day: Crazy by Simple Plan

"Tell me what's wrong with society
When everywhere I look I see
Rich guys driving big SUVs
While kids are starving in the streets
No one cares
No one likes to share
I guess life's unfair


Is everybody going crazy?
Is anybody gonna save me?
Can anybody tell me what's going on?
Tell me what's going on?
If you open your eyes
You'll see that something, something is wrong
"


Lagu ini udah tua sebenarnya, katanya albumnya release tahun 2004. Tapi gw yang katrok dan ketinggalan zaman ini baru denger lagu ini baru-baru ini. Hahahahaha...

Kemarin ini pas gw dengerin lagu ini dan bener-bener perhatiin liriknya, gw ngerasa lagu ini pantas dapat shoutout, karena apa yang dipertanyakan dalam lagu ini memang bener terjadi di masyarakat kita, dan kadang kita masih sering menutup mata akan kejadian-kejadian ini.

Keluarga broken home.
Perang.
Kesenjangan ekonomi.
Obsesi akan beauty dan uang.
Itu semua memang ada di masyarakat kita, bahkan kadang dianggap normal.

Kenapa sih bisa sampai masyarakat kita jadi begini? Kita jadi sebegini kebal dan berkulit badak sama masalah-masalah yang ada di sekitar kita. Dari mana sebenarnya kita bisa mulai memperbaiki kondisi ini?

Sejujurnya, gw juga ngga tahu harus mulai dari mana kecuali mulai dari diri kita sendiri. Masalahnya, sulit banget untuk satu orang berusaha membawa perubahan positif. Kita bisa lihat sendiri contohnya di perpolitikan sekarang. Muncul nama-nama yang mati-matian berusaha membersihkan pemerintahan kita, tapi mereka malah sering dijegal kanan-kiri. Bukan cuma dijegal orang-orang yang takut kehilangan harta dan kuasa, banyak juga orang-orang terlalu nyaman "hidup dalam kubangan lumpur", sampai-sampai ketika mereka dikasih kesempatan untuk hidup lebih layak, mereka memandang tangan yang kasih mereka kunci itu dengan kecurigaan dan penolakan.

Itu baru contoh di dunia politik. Di dunia entertainment, banyak banget tayangan-tayangan yang ngga jelas dan ngga bermutu. Sepertinya ngga ada niat dan upaya untuk coba belajar dari tayangan-tayangan luar negeri yang sukses dan laris manis di dunia internasional. Contoh yang paling gampang, kita bandingin aja serial TV yang sukses di luar negeri dan sinetron dalam negeri. Serial TV luar negeri yang sukses kebanyakan hanya sedikit episodenya per season, tayang mingguan, dengan jeda tayang per tahun atau per semester yang cukup lama. Dengan begitu, mereka bisa memproduksi tayangan yang memang benar-benar bermutu, baik secara visual, maupun secara produksi. Tapi di sini? Yah kita bisa lihat sendiri yah di TV keadaannya bagaimana. Kapan bisa berubah? Mungkin butuh satu orang nekad dan gila yang berani rogoh kocek untuk memulai trend baru.

Jadi agak ngelantur nih ke mana-mana, tapi intinya ini:
Kenapa yah, kita ngerasa nyaman hidup di kekacauan ini? Hmmm...

Crazy by Simple Plan